Petani Minta Harga Gabah Naik Rp2.000/ Kg

Estimated read time 4 min read

Petani Minta Harga Gabah Naik Rp2.000/ Kg – Petani meminta pemerintah menaikkan harga pembelian gabah (HPP) gabah sebesar Rp2.000. Permintaan itu di ajukan dalam rapat review HPP gabah dan beras serta harga eceran tertinggi (HET) beras yang di gelar Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada hari Senin (22/4/2024) di Jakarta.

Dalam catatan Serikat Petani Indonesia (SPI), rapat tersebut di hadiri oleh berbagai serikat dan organisasi petani, pelaku usaha penggilingan padi, pemerintah dan pihak terkait lainnya. Rapat di pimpin langsung oleh Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi.

“SPI mengusulkan HPP untuk gabah kering panen (GKP) dari Rp5.000 per kilogram (kg) menjadi Rp7.000/kg. Kenaikan tersebut berada di kisaran 25% dari biaya produksi
yang di keluarkan oleh petani, dengan metode pertanian konvensional,” Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (23/4/2024).

Seperti di ketahui, pada akhir Maret 2024 pemerintah memberlakukan Peraturan Badan Pangan Nasional No 6/2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras. Yang menetapkan HPP untuk gabah kering panen (GKP) di tetapkan Rp5.000 per kg di tingkat petani dan di tingkat penggilingan Rp5.100 per kg. Lalu harga gabah kering giling (GKG) di tetapkan Rp6.200 per kg di tingkat penggilingan dan di gudang Perum Bulog Rp6.300 per kg. Sementara HPP untuk beras di tetapkan Rp9.950 per kg di gudang Bulog.

Baca Juga :

Harga Cabai Rawit Melambung Tinggi Sampai Rp 110 Ribu

Lalu pada awal April 2024 lalu, Kepala Bapanas menerbitkan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No 167/2024 Tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah, berlaku mulai 3 April hingga 30 Juni 2024.

Dengan aturan baru ini, HPP GKP di tingkat petani yang sebelumnya Rp5.000/kg naik menjadi Rp6.000 per kg. Lalu harga GKG di gudang Bulog yang sebelumnya Rp6.300 per kg naik menjadi Rp7.400 per kg. Sementara, HPP beras di gudang Bulog dengan derajat sosoh minimal 95%, kadar air 14%, butir patah maksimal 20%, dan butir menir maksimal 2 persen yang sebelumnya Rp 9.950 per kg naik menjadi Rp 11.000 per kg.

“Kami memberikan masukan, di mana hari-hari ini kan kondisi beras cukup memprihatinkan. Harga turun. Meski ada fleksibilitas HPP, harga gabah di lapangan tetap tak beranjak. Sementara panen sudah mulai dan bisa di bilang bulan depan akhir dari musim panen raya. Tapi, masih ada gabah petanu yang tak terserap. Harganya juga ada yang jatuh ke Rp4.000-an per kg,” paparnya.

Petani Minta Harga Gabah Naik Rp2.000/ Kg

“Karena itu kami mengusulkan HPP baru di tetapkan, Dengan kenaikan jadi Rp7.000 per kg. Dengan angka ini petani sudah bisa untung 25%. Kalau dengan fleksibilitas itu, petani belum untung. Usulan dari yang lain yang hadir di rapat itu nggak jauh beda, sekitar Rp6.500-7.000 per kg,” terang Agus

Lalu apa alasan petani mengajukan kenaikan HPP sebesar Rp2.000 per kg?

Menurut Agus, usulan itu sudah berdasarkan perhitungan yang di lakukan SPI. Terkait biaya produksi yang harus di tanggung petani saat ini.

“Beban produksi per kilogram GKP itu sekarang sudah naik. Sekarang sudah Rp6.000 per kg. Sehingga, supaya petani itu sejahtera, HPP nya harus naik,” sebutnya.

Baca Juga :

Harga Bawang Merah Meroket Jelang Tahun Baru

Agus memaparkan, biaya produksi GKP per hektare (ha) saat ini mencapai Rp34,73 juta. jika produktivitasnya adalah 6 ton per ha, maka modal per kg adalah sekitar Rp5.788 per kg GKP. Jika ingin mencapai keuntungan 25%, setidaknya harga harus di naikkan ke Rp7.235 per kg.

“Tapi kami mengusulkan Rp7.000 per kg,” kata Agus.

Tahun 2023, biaya produksi per kg GKP menurut catatan SPI adalah Rp5.050 per kg. Dari angka tersebut, biaya terbesar adalah untuk biaya sewa lahan yang mencapai Rp20 juta per ha per tahun. Biaya ini masih sama antara tahun 2023 dengan 2024. Namun, yang mengalami kenaikan adalah biaya-biaya lain seperti ongkos pemupukan, harga pupuk, dan biaya pengairan lahan.

“Ini adalah rata-rata, jadi beda daerah bisa beda biayanya. Dan, biaya pupuk tidak terlihat signifikan karena memang anggota SPI kini sudah mulai mengarah ke penggunaan pupuk organik,” pungkas Agus.


You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours