Tuyul Tidak Curi Uang Di Bank, Ini Faktanya

Estimated read time 4 min read

Tuyul Tidak Curi Uang Di Bank, Ini Faktanya – Tuyul merupakan makhluk halus berbentuk orang kerdil ataupun anak kecil berkepala botak yang sering di pelihara oleh majikannya buat mencuri orang dari rumah ke rumah.

Wujud dalam mitologi Jawa yang di ketahui cuma memakai cawat ini nyatanya tidak cuma mencuri duit dari rumah ke rumah. Bagi budayawan, Suwardi Endraswara dalam Dunia Hantu Orang Jawa( 2004), nyatanya tuyul pula mencuri benda serta surat- surat berharga yang lain.

Tetapi, sempatkah Kamu bingung terpaut alibi mengapa tuyul cuma mencuri dari rumah ke rumah? Apakah dapat tuyul melaksanakan pencurian ke bank yang menaruh banyak sekali duit? Ataupun minimun melaksanakan pencurian atas saldo e- money?

Sampai di kala ini, belum terdapat permasalahan bank yang kehabisan duit akibat pencurian oleh makhluk halus bertubuh anak kecil tersebut. Kemudian bila di telusuri lewat internet, terdapat banyak jawaban dari persoalan ini.

Terdapat yang berkata kalau tuyul khawatir terhadap logam sebab duit di bank tersimpan di lemari besi. Tidak hanya itu, terdapat pula yang menyebut bila di bank ada” penjaga” berbentuk makhluk halus lain yang di takuti tuyul.

Jawaban- jawaban itu cuma sebatas dugaan dari perihal yang memanglah tidak logis. Tetapi, terlepas dari jawaban atas persoalan tersebut, tentu terdapat alibi sains di balik cerita mistis tuyul.

Alibi inilah yang bisa mematahkan keberadaan tuyul serta alibi mengapa tuyul tidak mencuri duit ke bank ataupun mengambil saldo e- money seorang.

Baca Juga :

Covid Penyebab Orang RI Makan Tabungan

Buat menguasai penjelasannya, kita wajib mundur ke tahun 1870. Pada di kala itu itu, Belanda meresmikan kebijakan pintu terbuka ataupun liberalisasi ekonomi mengambil alih sistem tanam paksa.

Sekilas pergantian ini bawa angin fresh sebab di nilai sanggup menyejahterakan warga. Tetapi, realitasnya nyatanya tidak semacam itu.

Bagi Jan Luiten van Zanden serta Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800- 2010( 2012), liberalisasi ekonomi malah melahirkan rezim kolonial baru yang di dalamnya terjalin pengambilalihan perkebunan rakyat buat di ganti jadi perkebunan besar serta pabrik gula.

Suasana ini setelah itu membuat kehidupan warga terpuruk, spesialnya para petani kecil di Jawa yang terus menjadi terperosok ke dalam jurang kemiskinan. Karena, mereka tidak lagi mempunyai kuasa atas lahan perkebunan.

Di sisi lain terdapat pula warga yang sejahtera dari sistem ini. Mereka merupakan orang dagang, baik dari golongan pribumi ataupun Tionghoa, yang dalam sekejap jadi orang kaya baru. Peningkatan pesat kekayaan mereka lalu memunculkan keheranan untuk para petani yang makin melarat itu. Para petani bimbang darimana asal- usul kekayaan mereka

Tuyul Tidak Curi Uang Di Bank, Ini Faktanya

Selaku data, pada di kala itu para petani hidup apa terdapatnya. Bagi Ong Hok Ham dalam Wahyu yang Lenyap Negara Yang Guncang( 2019), mereka menganut sistem subsisten, ialah bertani hanya lumayan buat mengkonsumsi sendiri. Bila terdapat hasil tani lebih hingga hendak di beri selaku upeti ataupun di jual.

Dampaknya, mereka memiliki pemikiran kalau pemupukan kekayaan merupakan proses yang terbuka. Maksudnya, masing- masing orang wajib melewati proses serta usaha jelas yang bisa di lihat oleh mata orang lain.

Tetapi, mereka tidak memandang kerja keras dari orang kaya baru itu. Terlebih, mereka tidak bisa meyakinkan asal usul kekayaannya bila di tanya para petani. Walhasil, mencuat rasa iri serta kecemburuan oleh petani ke orang dagang sebab dapat menemukan harta sebanyak itu.

Baca Juga :

Biaya Hidup RI Selangit, Sulit Naik Jadi Negara Maju

Terlebih, bagi George Quinn dalam An Excursion to Javas Get Rich Quck Tree( 2009), para petani senantiasa berpikiran datangnya kekayaan wajib dipertanggungjawabkan. Hingga dari itu, kala orang kaya kandas mempertanggungjawabkan asal kekayaannya, para petani iri serta menuduh duit itu hasil pencurian.

Warga yang kental dengan pemikiran mistik membuat para petani memandang pencurian itu merupakan kerja sama antara orang kaya serta makhluk supranatural serta kasat mata, salah satunya tuyul.

Jadi, para petani yang iri senantiasa menuduh orang kaya baru memakai metode haram dalam mendapatkan kekayaan. Akibat tuduhan ini, Ong Hok Ham dalam novel bertajuk Dari Soal Priayi hingga Nyi Blorong( 2002) mengatakan kalau para petani membuat orang dagang serta pengusaha berhasil kehabisan status di warga. Mereka dikira” hina” sebab memupuk kekayaan dari metode haram, ialah bersekutu dengan setan. Sementara itu, ini seluruh terjalin akibat pergantian kebijakan kolonial Belanda yang membuat pengusaha tertimpa durian runtuh.

Kebencian para petani terhadap orang yang kaya tiba- tiba tidak cuma berakibat pada ikatan personal semata. Transaksi benda oleh orang kaya juga ikut berganti. Orang kaya setelah itu cenderung membeli benda yang tidak menampilkan kekayaan mereka sebetulnya, semacam emas ataupun beberapa barang elegan. Apabila mereka membeli tanah ataupun rumah hingga mereka hendak dituduh memelihara setan ataupun tuyul oleh petani.

Tuduhan tidak berdasar ini membuat popularitas tokoh tuyul selaku subjek mistis dalam perihal kekayaan terus menjadi bertambah serta terus terkenal hingga dikala ini di Indonesia. Terlebih, warga Indonesia yang sepanjang bertahun- tahun hidup secara agraris terus menjadi melanggengkan imajinasi serta tuduhan memakai tuyul.

 


You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours