Mitos Di Balik Gerhana, Pertanda Dewa Hingga Korban Manusia

Estimated read time 3 min read

Mitos Di Balik Gerhana, Pertanda Dewa Hingga Korban Manusia – Pada hari ini, Senin( 8/ 4/ 2024) hendak terdapat fenomena gerhana matahari total. Di balik itu, nyatanya terdapat mitos yang telah terdapat semenjak era kuno.

Gerhana matahari total ini jadi yang kedua terjalin dari 4 gerhana yang hendak berlangsung selama tahun ini.

Berdialog soal gerhana, nyatanya terdapat banyak mitos yang tersebar semenjak era kuno. Mitos ini juga berbeda- beda di tiap peradaban ataupun kebudayaan, kebanyakan memandang gerhana matahari selaku tanda- tanda kurang baik.

Bangsa Yunani kuno telah dapat memprediksi waktu terbentuknya gerhana lebih dari 2. 200 tahun yang kemudian.

Mengutip LiveScience, fitur itu di ucap mekanisme Antikythera, karena di temui oleh para penyelam di pulau Antikythera pada 1901. Fitur tersebut sanggup melaksanakan bermacam berbagai perhitungan, serta dapat melacak pergerakan matahari, bulan, serta 5 planet.

Apalagi, pada harian yang di terbitkan PLOS ONE pada 2014 kemudian. Para periset menyebut mekanisme Antikythera tidak cuma dapat memprediksi kapan terbentuknya gerhana, namun pula mengatakan ciri gerhana.

Bangsa Yunani kuno mengartikan gerhana matahari selaku tanda- tanda dewa hendak menjatuhkan hukuman kepada raja. Sehingga sebagian hari saat sebelum gerhana terjalin, posisi raja hendak di gantikan oleh seseorang tahanan ataupun petani. Sehingga si raja selamat dari hukuman.

Mitos lain menimpa gerhana matahari tersebar di bermacam daerah di dunia. Di Cina misalnya, gerhana terjalin sebab seekor naga yang memakan matahari.

Baca Juga :

Gerhana Matahari 8 April Jelang Lebaran 2024

Mitos Di Balik Gerhana, Pertanda Dewa Hingga Korban Manusia

Sebagian mitos makhluk pemakan matahari juga terdapat di sebagian negeri. Di Vietnam, yang memakan matahari merupakan katak raksasa, setelah itu di Amerika terdapat beruang, Yugoslavia terdapat manusia serigala, dalam mitologi Hindu di sebutkan raksasa Rahu.

Pada banyak budaya tersebut, di yakini makhluk- makhluk pemakan matahari tersebut dapat di usir dengan menghasilkan suara- suara sekeras bisa jadi dengan bermacam perlengkapan.

Tetapi, pada sebagian kebudayaan gerhana matahari dapat berarti ritual pengorbanan manusia. Di suku Aztec misalnya, mereka yakin kala gerhana terjalin pada bertepatan pada 4 Ollin dalam kalender mereka, yang di iringi dengan gempa bumi hingga itu tanda- tanda selaku akhir dunia.

Guna menghindari perihal tersebut, tiap bertepatan pada 4 Ollin yang jatuh 260 hari suku Aztec melaksanakan ritual pengorbanan manusia buat memantapkan matahari serta menghindari terbentuknya gerhana.

” Gerhana matahari merupakan permasalahan sungguh- sungguh untuk suku Aztec yang menyembah matahari, mereka mempunyai metode yang seram buat menghindari terbentuknya gerhana,” kata Susan Milbrath, kurator seni serta arkeologi Amerika Latin di Museum Sejarah Alam Florida, sebagaimana di kutip Washington Post, Agustus 2017 kemudian.

Tidak hanya itu, mengutip Washington Post, biarawan asal Spanyol yang tiba ke Aztec pada abad ke 16 menggambarkan suku Aztec melaksanakan ritual pengorbanan tahanan serta” laki- laki berambut pirang serta berwajah putih” di kala gerhana matahari, karena mereka takut matahari tidak hendak sempat kembali serta monster pemakan manusia hendak di lepaskan ke bumi.


You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours