Makan Daging Ular Kunci Keselamatan Manusia Disebut Peneliti

Estimated read time 3 min read

Makan Daging Ular Kunci Keselamatan Manusia Disebut Peneliti – Ketahanan pangan jadi selaku salah satu kasus utama di Bumi. Ini terjalin bersamaan dengan jumlah populasi manusia yang kian meningkat.

Salah satu permasalahan ketahanan pangan merupakan protein, yang sumber pangannya memunculkan kasus” kiamat” pergantian hawa.

” Kasus yang wajib kita cari solusinya merupakan dari mana kita dapat mencari sumber protein buat memadai kebutuhan populasi global yang terus meningkat tanpa akibat area yang besar,” kata periset sistem pangan dari University of Oxford, Monika Zurek.

Diet manusia, paling utama warga barat, memiliki konsekuensi yang sungguh- sungguh terhadap area. Peternakan sapi di perkirakan memproduksi 10 persen dari emisi gas rumah cermin dunia. Tidak hanya itu, pembukaan lahan peternakan pula berhubungan dengan deforestasi.

Industri peternakan babi pula memiliki akibat area yang kurang baik, paling utama polusi air dari limbah babi. Perihal seragam pula di hasilkan oleh industri peternakan ayam.

Makan daging ular

Serta Natusch dari Macquarie University menganjurkan ular selaku sumber alternatif protein yang lebih ramah area. Dia bekerja bersama peternakan piton komersial di Vietnam serta Thailand buat mempelajari perbandingan” ular ternak” serta” ular liar.”

Dalam studi tersebut, periset mencermati kalau ular sanca yang diternak dapat berkembang dengan sangat kilat. Hasil riset ini sudah di terbitkan di Scientific Report.

” Selaku pakar hayati ular, kami telah ketahui kalau ular sanca memiliki fisiologi yang luar biasa. Sehabis berdialog dengan peternak sanca serta memonitor perkembangan mereka, fisiologi yang luar biasa ini kian nampak jelas,” kata Natusch.

Makan Daging Ular Kunci Keselamatan Manusia Disebut Peneliti

Salah satu alibi ular sanca dapat berkembang begitu kilat merupakan sebab ular berdarah dingin ataupun ectotermal duit berarti temperatur badannya bergantung dengan temperatur area di sekitarnya. Sebab berdarah dingin, ular tidak wajib menciptakan panas secara internal. Maksudnya, kebanyakan nutrisi yang masuk ke badan mereka di konversi jadi massa badan.

Natusch serta timnya berupaya menghitung efisiensi konversi tenaga tersebut dengan menekuni sanca kembang( Malayopython reticulatus) serta sanca bodo( Python bivittatus) yang di ternak, pakan yang di santap, serta kecepatan perkembangan mereka.

Salah satu perihal yang menarik atensi para periset merupakan keahlian sanca buat bertahan di kala puasa panjang. Ular sanca dapat berbulan- bulan tidak makan tanpa kehabisan berat tubuh.

Baca Juga :

Hitung Sisa Umur Matahari, Kiamat di Bumi Mengerikan

Natusch berkata ketahanan ini sangat berharga di kala terjalin kendala luar biasa dalam sistem pangan dunia, misalnya pada masa dini pandemi Covid. Di kala itu, peternak kesusahan mencari pakan buat ternak mereka sekalian tidak dapat membawakan ternak yang siap potong ke rumah potong.

” Ular sanca dapat jadi pemecahan buat tantangan di masa depan ini. Peternakan ular sanca dapat jadi pemecahan di belahan dunia yang di kala ini mengidap kekurangan protein yang parah, semacam Afrika,” kata Natusch.

Tetapi, Zurek melaporkan ular belum dapat jadi pangan alternatif utama. Dia merasa masih wajib terdapat riset lanjutan tentang ular sanca, paling utama soal akibat area serta nutrisi yang tercantum.

Belum lagi, tidak seluruh orang ingin memakan ular sanca.

Natusch berkata daging ular sanca” cukup lezat serta fleksibel” sehingga miliaran orang di Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika Selatan, serta Afrika secara teratur komsumsi daging ular.

” Cuma budaya barat yang belum banyak terekspos dengan[daging ular],” kata Natusch.


You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours